Sebelum terjadi pandemi global, alasan memilih perusahaan yang dipertimbangkan para pencari kerja umumnya terpaku pada reputasi perusahaan. Akan tetapi, pasca pandemi, pencari kerja mulai mempertimbangkan banyak hal lainnya. Bukan sekadar perusahaannya saja, tetapi bentuk industrinya. Apakah industri tersebut dapat bertahan bila terjadi isolasi, lockdown, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti yang kita alami saat pandemi global?
Orang juga mulai tidak lagi sekadar melihat apakah perusahaan tersebut memiliki produk yang bagus. Namun, juga mulai mempertanyakan apakah perusahaan tersebut dapat bertransformasi dengan cepat bila terjadi satu perubahan yang fundamental. Apakah produk yang ada dapat menjawab kebutuhan dalam situasi dan kondisi yang sudah berubah? atau apakah pengalaman pelanggannya dapat disesuaikan dengan situasi saat ini?
Pertimbangan yang menjadi alasan memilih perusahaan tersebut menggambarkan cara berpikir aware & warry. Cara berpikir being aware & wary akan terbentuk secara alamiah dalam situasi ketidakpastian yang terjadi. Kebutuhan untuk harus lebih tahu (aware) akan sangat dibutuhkan, tetapi juga perlu diimbangi dengan kehati-hatian mengenai seberapa benar hal yang diketahuinya tersebut (wary).
Cara berpikir ini akan membuat para pelamar kerja lebih kritis, baik dalam kondisi organisasi maupun ketika menerima informasi. Di satu sisi, pelamar kerja memang membutuhkan pekerjaan. Namun, dengan pengalaman sebelumnya ketika pandemi global memberikan dampak negatif, kehati-hatian dan proses belajar dari pengalaman juga mempengaruhi proses pengambilan keputusan para pencari kerja.
Oleh sebab itu, mari kita pelajari hasil survei yang sangat menarik dari JobStreet. Pada akhir 2019 lalu, Jobstreet melakukan Survei The Laws of Attraction untuk melihat alasan pencari kerja memilih perusahaan untuk berkarier. Survei tersebut dilakukan kepada 9.800 pencari kerja di Indonesia.
Artikel kali ini akan berfokus pada hal-hal yang menjadi alasan memilih perusahaan yang dipertimbangkan pencari kerja di Indonesia. Selain itu, juga akan dibahas mengenai cara menambahkan warna ketidakpastian dalam pemaknaannya.
Baca juga: Strategi Human Resource Pasca Pandemi
Alasan Memilih Perusahaan yang Dipertimbangkan Pencari Kerja
Dari tabel di atas, ada tiga hal yang menjadi alasan para pencari kerja memilih perusahaan. Ketiga faktor tersebut meliputi ‘peluang pengembangan diri & jenjang karier’, ‘gaji/kompensasi’, dan ‘jaminan kerja’. Coba kita bahas satu persatu ketiga hal tersebut dengan dikaitkan cara berpikir being aware & wary dari para pencari kerja.
1. Peluang Pengembangan Diri dan Jenjang Karier Meningkatkan Daya Tarik Perusahaan
Dalam situasi penuh ketidakpastian, rasa aman dalam bekerja dan berkarier menjadi hal yang dipentingkan. Pencari kerja akan melihat apakah dirinya akan dikembangkan untuk bisa optimal dalam menjalankan pekerjaannya? Apa saja program pengembangan yang bisa didapatkan? Apakah ada coaching dan mentoring yang diberikan? Bagaimana proses evaluasi kerjanya? Dan tentunya yang terakhir adalah, bagaimana kejelasan jalur pengembangan karirnya.
2. Gaji dan Kompensasi Menjadi Salah Satu Alasan Memilih Perusahaan
Pencari kerja tentunya harus diinformasikan secara detil terkait elemen-elemen gaji/kompensasi yang akan diperolehnya. Namun, pencari kerja juga akan semakin kritis dengan mempertanyakan hak dan kewajiban mereka saat terjadi situasi krisis seperti pengalaman selama masa pandemi global. Apa saja hak-hak karyawan yang mungkin akan terpengaruh oleh situasi serupa? Bagaimana kejelasan aturan pemerintah dan kebijakan organisasi?
3. Jaminan Kerja dalam Perusahaan Menjadi Daya Tarik Pencari Kerja
Justru hal inilah yang kemungkinan besar akan banyak menjadi pertanyaan pencari kerja karena ketidakpastian yang ada. Status karyawan, seperti karyawan tetap atau kontrak, pasti akan ditanyakan. Jenis pekerjaannya apakah dalam bentuk proyek atau pekerjaan rutin. Dan tingkat turnover karyawan bisa jadi juga menjadi hal yang ingin dipahami oleh para pencari kerja sebelum mereka memutuskan untuk bergabung dengan organisasi tersebut.
Key Takeaway
Dengan lebih memahami cara berpikir para pencari kerja tersebut, sebagai organisasi, kita tidak lagi fokus pada apa kelebihan dan kekuatan yang kita punya, namun bagaimana menjelaskannya. Apa yang dapat meredam keresahan mereka? Adakah yang dapat meyakinkan keraguan mereka? Dapatkah hal tersebut membuat mereka membuat keputusan yang terbaik?
Ujung-ujungnya, proses membuka pintu untuk orang bergabung ke dalam satu organisasi tidak lagi sekadar menambahkan orang. Namun, apakah orang tersebut adalah orang yang paling sesuai untuk maju bersama-sama dengan organisasi dalam menghadapi tantangan bisnis, yang tidak lagi bicara mengenai persaingan sebagai fokusnya, tetapi ketidakpastianlah yang menjadi agendanya.
Agar dapat lebih memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan para pencari kerja di Indonesia dalam memilih organisasi tempat berkarier, Anda dapat mengunjungi situs web JobStreet Indonesia untuk mempelajari lebih lanjut mengenai hasil dari survei The Laws of Attraction.
Ditulis oleh Alexander Sriewijono & Maria Tarisa
untuk JobStreet Indonesia edisi bulan Juni 2020