Perfection in Imperfection – #CosmopolitanCareer with Alexander Sriewijono EP 1

perfection in imperfection

Ada satu prinsip hidup yang cukup menarik untuk saya, yaitu “Perfection in Imperfection“. Apa maksudnya?

Good people, apakah Anda pernah belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai 100? Sebetulnya tidak ada yang salah dengan angka “perfect” 100, namun apakah mindset sempurna itu selalu membawa hasil yang diinginkan dan baik buat yang menjalaninya? Dan yang terpenting, apakah kesempurnaan akan selalu membawa kebahagiaan?

Mari kita bahas hal tersebut bersama-sama.

Perfection in Imperfection

There is more to life than increasing the speed. -Mahatma Gandhi 

Berbicara mengenai perfection in imperfection rasanya akan sangat cocok jika dikaitkan dengan kutipan ucapan Mahatma Gandhi di atas. Untuk memilai pembahasan kali ini, saya memiliki satu pernyataan untuk Anda, yaitu “Apakah menjadi perfect akan membuat Anda bahagia 100%?”

Masih ingatkah Anda dengan berita perceraian Bill Gates dengan istrinya pada 2021 lalu? Berita ini cukup menghebohkan lantaran bagaimana mungkin kehidupan seorang Bill Gates yang dianggap sempurna oleh banyak orang ternyata bisa membawa ketidakbahagiaan dalam pernikahannya.

Mungkin hal inilah yang bisa menjadi bukti bahwa kesempurnaan tidak selalu berarti bahagia dan begitu sebaliknya, ketidaksempurnaan pun tidak selalu berarti tidak bahagia.

Lantas, apa hal yang menyebabkan kesempurnaan tersebut tidak berujung bahagia? Sering kali mendampakan hidup sempurna membuat standar yang tinggi dalam hidup Anda. Standar yang tinggi ini pun terkdang tak hanya datang dari diri sendiri melainkan juga orang lain. Akhirnya, tekanan untuk selalu lebih dan selalu lebih pun menjadi tekanan.

Selain itu, standar yang tinggi juga akan membuat Anda kurang mengapresiasi hal-hal yang sudah terjadi. Misalnya, Anda berencana bekerja di perusahaan X karena memiliki prestise tinggi. Tapi, kesempatan yang datang justru mengharuskan Anda bekerja di perusahaan A yang masih merintis. Lalu, hal ini pun membuat Anda tidak bekerja secara optimal karena tidak sesuai dengan standar karier Anda.

Tentu keputusan tersebut sangat disayangkan, bukan? Padahal, jika Anda mau berusaha bekerja secara optimal, kesempatan bekerja di perusahaan A akan mengasah kemampuan bekerja Anda dan menjadi batu loncatan menuju karier yang lebih besar lagi.

Menghindari Unhappy dalam Perfection

Lantas, bagaimana cara kita untuk menghindari ketidakbahagiaan dalam kesempurnaan? Langkah pertama yang bisa Anda coba adalah dengan membedakan optimal vs perfect atau done vs perfect but never completed. 

Jika Anda memilih perfect but never completed, maka tidak ada lagi ruang untuk berpikir “Oke yang ini cukup, progress lanjutannya bisa dilaksanakan di kemudian hari.” Hal ini dikarenakan jika kita berbicara perfect, maka tidak ada batasan yang cukup. Coba saya tanya kepada Anda, apakah indikator kesempurnaan itu? Apakah memiliki harta banyak berarti sempurna? Atau memiliki keluarga utuh berarti sempurna? Bisa jadi belum tentu, lho.

Oleh karena itu, cara menghindari unhappy dalam perfection adalah dengan belajar merasa cukup dengan segala sesuatu yang kita miliki. Bersyukur masih diberikan kesempatan menjalani hidup bisa jadi contoh yang bagus.

Mulailah belajar berdamai jika suatu kesalahan terjadi. Just let it go dan fokuslah dengan next step yang akan Anda ambil. Kontrol kehidupan tidak sepenuhnya ada di kita. Ada diri Anda sendiri, lingkungan Anda, dan juga Tuhan yang akan mengontrol kehidupan kita. Manusia boleh berencana, tapi tetap Tuhanlah yang menentukan.

Life is not a problem to be solved, but a reality to be experienced. – Soren Kierkegaard. 

 

Yuk simak penjelasan Alexander Sriewijono dari Daily Meaning tentang “The Perfect Imperfection” hanya di #CosmopolitanCareer with 90.4 Cosmopolitan FM

Now good people, how do you view “perfection”? Share pendapat Anda di kolom komentar!

Bounce Forward
To Evolve

Daily Meaning People Development Programs 2024