Saat banyak negara yang mengukur kemajuan bangsanya lewat GDP (Gross Domestic Product), Bhutan menjadi negara yang menggunakan indeks kebahagiaan atau GNH (Gross National Happiness) sebagai parameternya. Konsep GNH tersebut mengartikan bahwa pembangunan berkelanjutan perlu mengambil pendekatan menyeluruh terhadap gagasan kemajuan dan tetap mempertimbangkan aspek kesejahteraan non-ekonomi, seperti kesejahteraan psikologis, aspek budaya, kesehatan, dan standar hidup.
Mari kita telaah seberapa jauh GNH dapat berpengaruh pada karier seseorang. Dalam diskusi ini, negara dapat kita analogikan sebagai perusahaan atau organisasi, atau bahkan diri kita sendiri.
Baca juga: Be More Human
Indeks Kebahagiaan dalam Karier
Mengukur indeks kebahagiaan atau GNH tidak hanya bergantung dari bahagia atau tidaknya masyarakat dalam negara tersebut, tetapi ada berbagai hal yang menjadi indikator penilaiannya. Bhutan menetapkan 9 indiaktor atau instrumen yang menentukan indeks kebahagiaan, yaitu:
- Psychological wellbeing
- Health
- Education
- Time use
- Cultural diversity and resilience
- Good governance
- Community vitality
- Ecological diversity and resilience
- Living standards
Dalam menentukan perjalanan karier seseorang, indeks kebahagiaan menjadi salah satu faktor penentu. Misalnya seperti apakah mengambil posisi X menerapkan lingkungan kerja yang positif? atau apakah waktu bersama keluarga perlu dikorbankan untuk mengambil posisi Y?
Sayangnya, tidak sedikit yang pada akhirnya merasa bimbang memilih karier atau kebahagiaan terlebih dulu. Untuk mengatasi hal tersebut, berikut beberapa cara untuk menerapkan indeks kebahagiaan dalam karier yang bisa Anda lakukan.
1. The Power of Why
Anda mau ke mana? Mengapa Anda mau ke sana? Pertanyaan pertama mungkin lebih mudah dijawab, sama seperti saat organisasi / perusahaan menetapkan visi dan misi mereka, atau saat Anda ditanya aspirasi kariernya. Tapi “mengapa Anda mau ke sana?”, sering kali menjadi pertanyaan yang tak terpikirkan jawabannya.
Pada awal saya mendirikan Daily Meaning, sebuah perusahaan konsultasi pengembangan manusia, saya sempat menetapkan target untuk menjadi perusahaan konsultasi terbaik di Indonesia di lima tahun pertama dan di Asia Tenggara dalam sepuluh tahun. Dalam perjalanannya, saya kemudian mulai mempertanyakan apakah menjadi yang terbaik adalah yang ingin saya capai? Ternyata bukan.
Demikian juga dengan karier Anda. Apakah Anda tahu mengapa Anda lakukan apa yang Anda lakukan sekarang? Seperti halnya negara Bhutan, mereka menggunakan GNH dan bukan GDP, karena bagi mereka kebahagiaan menjadi dasar yang penting bagi segala proses lainnya.
2. What Matters Most
Negara Bhutan menetapkan sembilan komponen kebahagiaan, dan masing-masing memiliki indikator yang bisa diukur pencapaiannya. Kesembilan komponen ini ditentukan dengan sangat hati-hati didasarkan pemahaman yang dalam mengenai “what matters most” bagi mereka. Salah satu di antaranya adalah “Community Vitality”, yakni mendonasikan waktu dan dana untuk komunitas dianggap bisa mendatangkan kebahagiaan bagi mereka. Atau komponen “Time Use” yang mengukur berapa banyak waktu yang dipakai untuk kerja dan untuk tidur.
Dalam konteks berkarier, apakah Anda pernah mempertanyakan “what matters most” bagi Anda sehingga layak untuk diperjuangkan? Apakah dipromosiakan hingga puncak jabatan tertinggi adalah segalanya bagi Anda? Ataukah gaji dan tabungan yang Anda bahkan tidak ingat lagi ada berapa digit? Atau melihat pengaruh dari apa yang Anda kerjakan.
Saat saya memahami “what matters most” bagi Daily Meaning, saya mengganti target “menjadi yang terbaik” dengan menjadi “credible as professional and happy as a human being”.
3. The Parameter
Sembilan komponen dari GNH negara Bhutan ternyata tidak dimaksudkan untuk dicapai secara sempurna baru bisa dinyatakan bahagia. Para warganya diajak untuk melihat apa yang relevan bagi mereka dan minimal fokus pada pencapaian enam dimensi, atau minimal 66% dari indikator-indikator yang ada.
Sama seperti perjalanan kehidupan dan karier kita, setiap periodenya bisa saja fokusnya berubah. Ada saat ketika belajar sebanyak-banyaknya lewat pengalaman kerja yang menantang menjadi fokus kerja Anda. Namun bisa juga fokus berkarier Anda mulai lebih diarahkan pada keseimbangan hidup atau memberikan dampak seluas-luasnya bagi banyak orang.
Selamat menikmati perjalanan karier Anda. Jangan lupa untuk menjadi bahagia dan berbagi kebahagiaan.
(oleh Alexander Sriewijono, September 2015)