https://www.youtube.com/watch?v=Qg5l6fPKWJc&t=1s
Apa yang muncul pertama kali di pikiran saat mendengar kata “pemberontak di tim kerja? “Melelahkan? Pembuat onar? Ataukah justru Anda akan menjawab “Dinamis”? Dan bahkan “pembawa perubahan”? Beberapa dari kita merasa tidak nyaman dengan kehadiran si “rebel” yang terus menentang dan tidak mengikuti peraturan seharusnya. Tapi tahukah Anda jika sebenarnya ada, lho, positive rebel itu.
Memangnya bisa sesuatu yang dianggap “rebel” membawa hal yang positive? Mari kita diskusikan bersama-sama.
Apa yang Anda Lihat dari Sikap “Rebel”?
Beberapa waktu belakang, Saya melakukan sebuah survei kepada 48 leaders. Dalam survei tersebut, saya bertanya kepada mereka apakah mereka ingin memiliki karyawan dengan sikap rebel? Ternyata, hanya 7 dari 48 leaders yang tak keberatan memiliki karyawan rebel. Mengapa demikian?
Para leaders yang tak masalah dengan sosok rebel dalam tim beranggapan bahwa keberadaan rebel dalam tim terkait dengan conformity. Seorang rebel dalam ranah yang positif akan menunjukkan sikap kesesuaian atau conformity terhadap situasi dalam tim tetapi juga memberikan masukkan atau feedback positif.
Jadi, seorang rebel menerapkan positive non conformity dalam kesehariannya, yaitu tak hanya sekadar mengikuti arus tetapi juga menentang dalam hal yang positif. Contohnya, sebagai leader Anda mengadakan daily standup meeting setiap hari pukul 7 pagi. Nah, jika anggota tim Anda adalah sosok positive rebel, maka Ia akan menyampaikan keberatannya terhadap permintaan tersebut sambil memberikan solusi.
Lalu, walaupun ia keberatan, meeting tersebut tetap dijalani sambil mencoba menyampaikan argumen dan solusi dari keberatannya. Bisa dengan meminta reschedule menjadi jam 8 atau 9 pagi atau dengan menyarankan pengurangan waktu menjadi 3 kali seminggu disertai dengan argumen yang baik. Tentunya Anda sebagai leader akan lebih senang mendengarkan feedback tersebut dibandingkan dengan karyawan yang hanya mengeluh tanpa solusi atau mengeluh di belakang Anda.
Keberatan tersebut pun bisa Anda evaluasi kembali untuk mencari jalan tengah yang tak memberatkan Anda dan juga anggota tim. Dengan begitu, situasi dalam tim menjadi kondusif.
Strategi Menghadapi Positive Rebel
Bagi leaders, membedakan sosok yang rebel dalam hal positif dan negatif terkadang sulit dilakukan. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi sosok positive rebel dalam tim.
Pertama, tanyakan tujuan dan alasan sikap rebel mereka. Jika mereka hanya sekadar tidak setuju tanpa memberikan alasan yang jelas, tentu sikap rebel tersebut menjadi sulit diterima. Namun, jika mereka menyampaikan argumen-argumen mengenai ketidaksetujuannya yang relate dengan kemajuan perusahaan, diskusi dalam tim pun menjadi terbentuk. Anda sebagai leader pun mendapatkan banyak pandangan baru yang bisa dipertimbangkan juga.
Kedua, telaah kembali argumen tak setuju mereka untuk siapa. Apakah mereka tak setuju karena akan merugikan diri mereka saja? Atau justru ketidaksetujuan mereka berdasar pada kepentingan bersama?
Ketiga, pastikan sikap rebel tersebut diiringi dengan solusi. Misalnya, Anda tak setuju dengan penerapan sistem WFO kembali setiap 2 kali seminggu. Jika Anda hanya bilang tidak mau tanpa menghadirkan solusi, maka hal tersebut hanya menjadi sekadar omongan saja. Terlebih jika tidak ada argumen kuat untuk menentang hal tersebut.
Oleh karena itu, cobalah untuk memberikan solusi dari setiap penentangan yang diberikan. Contohnya, Anda mengusulkan WFO untuk mereka yang tinggal di Jabodetabek saja agar tidak menyulitkan karyawan yang tinggal di luar kota atau luar pulau, dan sebagainya. Dengan begitu, sikap rebel Anda pun menjadi lebih bermanfaat karena adanya solusi yang juga dihadirkan.
Yuk dengarkan sharing dari Alexander Sriewijono dari Daily Meaning dan mencari tahu seperti apa seorang “Positive Rebel” dan peranya dalam organisasi. Hanya di #CosmopolitanCareer bersama 90.4 Cosmopolitan FM Subscribe YouTube channel kami juga untuk melihat berbagai video inspiratif dan menarik lainnya.