Change Fatigue adalah situasi kelelahan yang dialami karyawan karena banyaknya pekerjaan dalam organisasi. Situasi pandemi yang saat ini terjadi di Indonesia, menuntut banyak organisasi untuk melakukan perubahan di berbagai aspek bisnis organisasi.
Misalnya saja perubahan sistem kerja, dari tatap muka secara langsung menjadi kolaborasi virtual yang dilakukan melalui berbagai platform digital. Ataupun percepatan digitalisasi perusahaan yang mendesak para karyawan untuk dengan cepat menguasai berbagai teknologi baru. Tentunya perubahan-perubahan tersebut perlu dilakukan oleh organisasi untuk dapat tetap bertahan di tengah situasi pandemi.
Akan tetapi, perubahan yang terjadi secara cepat dan masif di sisi lain juga dapat memunculkan dampak negatif bagi karyawan, di mana mereka merasa lelah dan tidak lagi termotivasi untuk melakukan perubahan tersebut. Hal ini dalam dunia human resource, dikenal dengan istilah change fatigue.
Tanda Munculnya Change Fatigue dalam Perusahaan
Hal-hal apa saja yang dapat dijadikan indikator adanya change fatigue dalam organisasi?
- Menurunnya tingkat engagement karyawan, yang seringkali diikuti dengan munculnya sikap apatis.
- Meningkatnya jumlah karyawan yang mengalami stres kerja ataupun burn out, karena load kerja dan tanggung jawab meningkat.
- Semakin banyaknya keluhan yang disampaikan oleh karyawan terkait dengan pekerjaan mereka.
- Munculnya berbagai respon negatif dari karyawan, baik dalam hal perubahan regulasi maupun pembahasan strategi tim.
Baca juga: Membangun Personal Branding – Your User Interface
Cara Mengatasi Change Fatigue dalam Perusahaan
Ketidakmampuan organisasi untuk mengantisipasi munculnya change fatigue pada karyawan dapat mempengaruhi produktivitas dan perkembangan bisnis. Oleh karena itu, perlu dicari strategi yang tepat untuk dapat mengatasi permasalahan ini.
Pada akhir 2019, Jobstreet melakukan survei The Laws of Attraction kepada 9.800 pelamar kerja. Survei tersebut memperlihatkan terdapat dua faktor yang dapat menghindari dampak negatif change fatigue dalam perusahaan, yaitu pengaruh budaya perusahaan dan kolega.
Mari kita pelajari lebih lanjut apa saja insights yang bisa dipelajari dari hasil survei tersebut.
Pengaruh Budaya Perusahaan
Jika dikaitkan dengan situasi perubahan yang terjadi di organisasi, maka beberapa insights yang bisa didapatkan dari hasil survei tersebut adalah:
1. Profesionalitas Bekerja
Budaya kerja yang profesional menjadi hal yang mendasar. Akan tetapi, memahami budaya kerja yang profesional saja tidak cukup dalam situasi perubahan. Perlu ada bentuk implementasi nyata profesionalitas tersebut dalam keseharian bekerja.
2. Budaya Kerja Kolaboratif
Organisasi juga perlu menciptakan budaya kerja yang kolaboratif, di mana seluruh pihak terlibat aktif dalam mencapai tujuan perubahan. Adanya kesamaan visi dan misi, serta shared goals, menjadi salah satu cara untuk bisa menciptakan budaya kerja yang kolaboratif. Dengan demikian, karyawan bisa melihat bahwa perubahan tidak hanya menjadi tanggung jawab mereka, tetapi juga para pemimpin dan mereka yang duduk di Manajemen.
3. Arahan yang Jelas
Dalam situasi perubahan, perlu adanya kejelasan arah dan tujuan dari organisasi. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah membuat prioritas perubahan dalam organisasi. Hal ini akan membuat proses perubahan menjadi lebih terarah dan terstruktur. Di sisi lain, hal ini juga mengantisipasi munculnya change fatigue dikarenakan kurang fokusnya strategi perubahan yang diterapkan oleh organisasi.
4. Komunikasi yang Transparan
Komunikasi yang transparan dalam organisasi dapat mengantisipasi munculnya change fatigue pada karyawan. Oleh karena itu, fokus komunikasi bukanlah sekadar apa yang perlu dilakukan, tetapi juga alasan perubahan tersebut harus dilakukan. Hal ini bisa membantu karyawan untuk memahami sense of urgency and importance dari perubahan tersebut.
Peran Kolega dalam Tempat Kerja
Berikut adalah beberapa insight yang bisa dipelajari dari hasil survei tersebut, terkait dengan relasi antar kolega kerja dalam situasi perubahan:
1. Menunjukkan Sikap Suportif
Sejalan dengan hasil survei terkait budaya kerja, dalam situasi perubahan, rekan kerja yang mampu menunjukkan sikap suportif terhadap tim dapat membuat proses implementasi lebih efisien dan efektif. Di sisi lain, rekan kerja yang berorientasi kolaboratif pun dapat membantu terciptanya suasana kerja yang lebih positif dan menyenangkan, sehingga dapat membantu menjaga motivasi karyawan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.
2. Sikap Kondusif antar Kolega
Salah satu hal yang perlu diantisipasi agar tidak terjadi change fatigue adalah menciptakan suasana kerja yang kondusif bagi seluruh karyawan. Oleh sebab itu, keberadaan kolega atau rekan kerja yang memiliki pemikiran dan sikap positif dalam menghadapi perubahan menjadi salah satu faktor penting untuk dapat menciptakan suasana kerja yang lebih nyaman bagi seluruh karyawan. Hal ini dikarenakan mereka dapat memberikan pengaruh yang baik bagi karyawan lainnya, sehingga bersama-sama seluruh organisasi pun bisa bergerak menuju perubahan yang ditargetkan.
3. Kepedulian antar Kolega
Kepedulian dan keinginan untuk saling membantu antar anggota tim menjadi salah faktor yang juga dapat mendukung efisiensi dari implementasi perubahan. Rekan kerja yang tidak hanya mementingkan tugasnya, tetapi juga mau membantu anggota tim lainnya untuk bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, dapat membuat beban kerja tim terasa lebih ringan dan juga membuat anggota tim merasa mendapatkan dukungan untuk bisa menghadapi situasi yang ada.
Peran HR dalam Mengatasi Change Fatigue
mengatasi change fatigue ini. Peningkatan kualitas kepemimpinan people manager menjadi kunci dan HR juga memiliki peranan yang penting untuk bisa menciptakan lingkungan kerja yang dapat mendukung efisiensi dan efektivitas proses kolaborasi tim.
Secara lebih terperinci, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Mempersiapkan para pemimpin agar bisa menjalankan perannya sebagai people manager dengan sebaik mungkin, terutama terkait dengan kesiapan mereka dalam memimpin di situasi perubahan.
- Menjadi business partner bagi para pemimpin dan juga manajemen, dengan memberikan masukan-masukan terkait dengan hal-hal yang perlu dilakukan untuk bisa mengoptimalkan implementasi perubahan di organisasi, terutama yang terkait dengan talent management dan juga budaya kerja perusahaan.
- Mengadakan program-program yang dapat membantu karyawan untuk menjaga well-being mereka, sehingga dapat menhindari stres kerja dan burn out, yang menjadi karakteristik dari change fatigue.
- Memberikan pelatihan kepada karyawan yang dapat membantu mereka untuk dapat menciptakan proses kolaborasi yang lebih positif, misalnya saja high impact communication, becoming the +1 professional in collaboration, enhancing trust in virtual collaboration.
Baca juga: Leadership Presence During Working from Home
Key Takeaway
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya kohevisitias tim menjadi salah satu faktor penting yang bisa membantu organisasi untuk mengantisipasi munculnya change fatigue. Proses kolaborasi yang positif, tidak hanya dengan rekan satu tim, tetapi juga dengan atasan, dan rekan antar divisi, menjadi kunci organisasi untuk dapat mencapai target perubahan yang sudah ditentukan.
Di sisi lain, organisasi pun perlu untuk menentukan prioritas dan strategi perubahan yang lebih terstruktur, sebagai pegangan bersama. Untuk dapat menunjang itu semua, selama masa pandemi berlangsung, Daily Meaning secara intensif bekerjasama dengan banyak organisasi untuk mengantisipasi dan
Untuk lebih memahami insights mengenai hal-hal yang dipaparkan dalam artikel ini, Anda dapat mempelajari secara lebih detail data-data survei The Laws of Attraction pada situs web JobStreet Indonesia. Sementara itu, untuk referensi terkait program-program virtual workshop yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses kolaborasi tim, dapat dilihat pada situs web Daily Meaning.
Ditulis oleh Alexander Sriewijono & Maria Tarisa
untuk JobStreet Indonesia